I-News

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget


Jadwal Open Trip dan Private Trip.
Private Trip, Mountain Guide, Porter Gunung, Paket Honeymoon, Study Tour, Family Gathering, Outbond, Outing, dll +62 85 643 455 865 (( WA / SMS / Telp )

Sabana 2 Merbabu via Selo, Kemping Ceria :D

Sabana 2 Merbabu via Selo, Kemping Ceria :D

“Gosip yang beredar bahwa jalur Merbabu via Selo adalah level pemula saya nyatakan dengan ketetapan hati nurani yang luhur bahwa itu HOAX dan SESAT :D”

Tips penting: jangan pernah jalan kaki membawa beban kerir menuju basecamp pendakian dari jalan raya Selo. Asli jauh dan naik turun. Sekitar 2km lebih mungkin. Mending naik ojek. Kecuali kalau kamu niat dan kamu setrong silakan saja jalan, tapi mesti capek yakin deh😀. Soalnya di hari minggunya ketemu dengan pendaki asal Kediri yang jalan dari jalan raya Selo menuju basecamp. Mereka kelelahan dan gagal muncak. Mereka terjebak(atau dibohongi)  kata-kata dari sopir bus/angkot yang berkata bahwa jarak basecamp dari jalan raya Selo dekat.
***

Prolog
Alhamdulillah masih diberi kesempatan untuk bertemu bulan Ramadhan. Kesempatan beribadah sama berdoa yang lebih untuk sesuatu yang sedang saya usahakan akhir-akhir ini J. Tanggal 4 dan 5 Juni adalah akhir pekan terakhir sebelum masuk ke bulan Ramadhan. Rasanya agak gimana gitu kalau tidak disempatkan untuk piknik kemana😀. Sebenernya kemarin sih gak punya rencana, tapi ada teman yang mengajak menanjak ke Merbabu via Selo. Nah kebetulan saya belum pernah via Selo. Dari dulu biasanya selalu lewat Wekas karena secara tradisional SMA saya, SMA Muhammadiyah 2 Yogyakarta selalu melakukan pendakian  masal dan segala kegiatan grup pecinta alamnya di situ. Itu dikarenakan BHC (Bhaskara Hiking Club) berdiri di rute Merbabu via Wekas. Dulu setelah saya menjadi alumni sering ikut pendakian masal mereka meskipun saya bukan anggota dari BHC. Nyeselnya sekarang, kenapa dulu gak ikut BHC ya waktu masih SMA😀.
Akhirnya saya memutuskan untuk ikut Yudi, teman yang mengajak naik ke Merbabu via Selo. Iseng- iseng saya mengabari Radit teman in piknik saya kalau saya akan menanjak Merbabu ikut teman. Tak disangka dia tertarik bergabung karena dia belum pernah juga ke Merbabu via Selo😀. Cocok lah akhirnya saya ada teman berangkatnya setelah akhir-akhir ini solo hiking terus. Saya sangat senang soalnya Radit ini teman yang solid ketika diajak perjalanan, cocok lah pokoknya sama saya😀. H-1 tiba-tiba teman Yudi yang berjumlah 5 orang membatalkan karena berbagai alasan. Yudi pun memutuskan untuk membatalkan naik ke Merbabunya. Walah kan, malah piye iki. Dia tidak mau ikut bareng kami karena kami berangkat dari jogja hari Sabtunya jam 12 sianga an. Pengennya dia berangkat pagi soalnya males nanjak malem-malem, hadeh. Sementara pagi saya ada pekerjaan yang harus saya selesaikan dulu. Yasudah nanjak berdualah kami. Pantang batal sebelum bikin indomi telor di gunung😀.

*Hari 1, 4 Juni 2016
Jogja-Basecamp Merbabu via Selo
Semua peralatan dan logistic sudah terpacking rapi. Tinggal menyelesaikan beberapa printilan yang kadang kelupaan😀. Sembari menunggu Radit datang saya mengecek ulang barang-barang di kerir. Yak lengkap sudah. Sekitar jam 12 Radit akhirnya datang. Setelah ngobrol ngalor ngidul sebentar akhirnya kami berangkat menunggang si merah motor kesayangan saya. Rencana akan mampir ke warung legend Barokah di Selo sebelum nanjak untuk makan siang. Karena kami sama-sama belum makan dari pagi😀. Sekitar jam 12.30 kami memulai start menuju Selo. Melewati jalan Magelang cukup lancar. Sampai di Muntilan kami memutuskan lewat desa Dukun tanpa lewat Sawangan. Seperti yang sudah saya sadari bakalan lewat jalan berantakan lagi ni ke arah Selonya😀. 15 Mei 2016 lalu saya sempat nanjak ke Merapi. Dalam waktu sesingkat ini saya yakin kondisi jalan akan hampir tetap sama berantakannya😀.
Setelah melewati beberapa antrian karena bergantian memakai jalan, beberapa kali menenbus debu dari truk pasir yang lewat, berbanyak kali memakai gigi 1 akhirnya sampai juga di Selo jam 15.37. Di jalan kami juga sempat menolong ibu-ibu dan anaknya yang jatuh karena tergelincir pasir waktu berpapasan dengan kami. Memang berkendara di jalan yang berantakan seperti itu harus hati-hati dan memakai trik-trik khusus. Alhamdulillah kami yang berboncengan dan membawa 2 kerir berberat 10-15kg berhasil melaluinya dengan lancar. Langsung melipir ke warung Barokah untuk beristirahat sejenak. Pegel jari tangan ngegas ngerem terutama dihajar jalan menuju Selonya itu. Akhirnya kesampaian juga makan setelah ngampet laper selama dijalan. Radit juga ngobrol-ngobrol sama ibu pemilik warungnya karena memang kenal dan sudah menjadi langganan.
IMG_5625Warung legend langganan “Barokah” di jalan raya Selo
IMG_5819pos penarikan retribusi pendakian, sepanjang jalan ke atas itu banyak basecamp, tinggal pilih yang mana. (foto diambil hari ke 2)
Setelah cukup kami memutuskan lanjut ke basecamp. Jalannya bisa lewat Masjid Selo masuk ke utara. Ikuti jalan saja nanti ada petunjuknya. Kalau tersesat tinggal tanya penduduk sekitar. Dengan senang hati mereka akan menunjukkan jalan. Tips penting: jangan pernah jalan kaki membawa beban kerir menuju basecamp pendakian dari jalan raya Selo. Asli jauh dan naik turun. Sekitar 2km lebih mungkin. Mending naik ojek. Kecuali kalau kamu niat dan kamu setrong silakan saja jalan, tapi mesti capek yakin deh😀. Soalnya di hari minggunya ketemu dengan pendaki asal Kediri yang jalan dari jalan raya Selo menuju basecamp. Mereka kelelahan dan gagal muncak. Mereka terjebak(atau dibohongi)  kata-kata dari sopir bus/angkot yang berkata bahwa jarak basecamp dari jalan raya Selo dekat. Lu kira lagunya Ran jauh dimata dekat di hati po pak sopir😀. Ada jalan yang saking nanjaknya sampai motor saya di gigi 1 pun ndak kuat. Radit terpaksa turun huahahaha😀 #motornyalelah
IMG_5627.JPGgerbang pendakian Selo, KM 0
Basecamp (1836 mdpl) – Pos 1 Dok Malang (2189 mdpl) naik 353m jarak 1,77km
Setelah sampai di gerbang basecamp kami membayar retribusi pendakian dan parkir. Jadi semacam gang kumpulan basecamp gitu. Dicegat di depan. Setelah itu tinggal pilih mau ke basecamp pak mana yang disenangi. Ada beberapa rumah yang dijadikan basecamp. Yang cukup terkenal adalah basecamp pak Bari yang ada musholanya di kiri jalan. Atau disebelumnya ada basecamp pak Parman yang berada di kanan jalan. Kami mulai berjalan dan jam 17.17 sampai di gerbang pendakian Merbabu. Seperti yang biasanya, jalan di awal pendakian hampir selalu melewati hutan. Berjalan santai sambil sesekali mengobrol. Sangat menikmati pendakian kali ini karena saya ada temannya😀.
IMG_5816.JPGrute awal-awal, hutan multi pohon (foto diambil hari ke 2)
Jalan masih cukup landai sekali agak menanjak. Tubuh masih terasa aneh karena sedang men-sinkronkan antara gerak tubuh dan detak jantung. Adzan magrib pun tiba dan kami berhenti sejenak menunggu pergantian antara siang dengan malam. Setelah itu kami melanjutkan berjalan setelah menghidupkan senter/headlamp. Beberapa kali melewati pohon yang melintang di jalur. Harus berhati-hati ketika menerobos lewat bawah. Karena otot sedang berkontraksi tiba-tiba untuk menekuk. Dapat menyebabkan kram. Setelah 1x mengalami hampir kram akhirnya saya berhati-hati ketika menerobos ke bawah pohon. Jam 18.26 kami sampai di Pos 1 Dok Malang.
IMG_5812.JPGmenerobos pohon tumbang, harus hati-hati karena kaki menekuk bisa ketarik atau kram (foto diambil hari ke 2)
Pos 1 Dok Malang (2189 mdpl) – Pos 2 (2412 mdpl) naik 223m jarak 989m
Setelah sampai pos 1 kami beristirahat. Ya memang sering beristirahat sih dari tadi😀. Soalnya kami benar-benar nyantai menikmati pendakian sambil ngobrol ngalor ngidul dan ngerasani pendaki lain😀. hahahaha. Lanjut berjalan lagi. Jalur sudah mulai lebih menanjak dari yang sebelum-sebelumnya. Bahkan ada beberapa yang cukup terjal. Ramai juga oleh pendaki lain. saling susul menyusul. Sampai di pos bayangan Pos Kota, Simpang Macan jam 19.02. Lansung istirahat dan ngerasani pendaki lain lagi😀. Setelah dirasa cukup lanjut berjalan lagi dan akhirnya sampai di pos 2 jam 19.36
IMG_5810.JPGPos 1 Dok Malang (foto diambil hari ke 2)
IMG_5804.JPGsudah mulai nanjak-nanjak menuju pos 2 (foto diambil hari ke 2)
IMG_5801.JPGPos 2 (foto diambil hari ke 2)
Pos 2 (2412 mdpl) – Pos 3 Batu Tulis (2593 mdpl) naik 181m jarak 603m
Saya merasa cukup lelah. Beban air yang lebih banyak dari biasanya membuat pegel pundak dan pinggang😀. 3 botol air mineral 4,5L + 850ml botol luar ternyata cukup berat. Belum lagi ditambah logistik, tenda dan perlengkapan lain, memang terasa ini di pundak dan pinggang😀. pos 2 ini cukup luas dan bisa untuk mendirikan lebih dari 10 tenda. Bahkan 20 lebih. Lanjut lagi berjalan. Beberapa saat masih hutan pohon-pohon besar dengan jalur yang lebih menanjak lagi.
IMG_5798.JPGpercayalah, puncaknya masih jauh😀 (foto diambil hari ke 2)
Beberapa saat kemudian keluar dari hutan tinggal rerumputan dan pohon-pohon yang tidak terlalu besar. Di jalur kami melihat lampu-lampu senter dari pendaki lain diatas. Beh keliatan gitu diatas banget, nanjak-nanjak jelas di depan😀. Berbalik kami melihat lampu-lampu senter dari pendaki lain di Merapi. Juga jalan lurus yang sangat ramai di sebelah tenggara. Sepertinya jalan Slamet Riyadi Solo. Subahannallah indah sekali. Langit cerah. Bintang-bintang bertebaran. Gunung Merapi juga terlihat dengan jelas. Beberapa saat kami menjelepok duduk di jalur melihat pemandangan indah ini. Damai sekali rasanya hati. Lelahnya sih tetep😀. hahahaha. Sampai pos 3 Batu tulis jam 20.08.
IMG_5793.JPGpos 3 Batu Tulis (foto diambil hari ke 2)
Pos 3 Batu Tulis (2593 mdpl) – Sabana 1 (2770 mdpl) naik 177m jarak 648m
Hahaha ternyata membutuhkan waktu 1,5 jam dari pos 2 ke Pos 3. Memang sudah mulai cukup berat jalurnya. Apalagi otot perut saya sepertinya tertarik. Sakit sekali rasanya. Kami beristirahat cukup lama di pos 3 ini. Menaruh kerir dan minum banyak. Terutama saya yang lemah dan tukang haus😀. Hebat bener si Radit. Sejak dari awal pendakian masih tetep stabil ndak ngeluh capek. Asem tenan dia😀. Udara di pos 3 ini semakin dingin. Ditambah lagi kami berhenti cukup lama. Tercatat 13-15 derajat celcius di thermometer. Pos 3 sangat luas. Di kiri kanan sabana luas. Banyak tenda sudah berdiri disini. Masih jauh dari sini ke puncak. Kalau memiliki tenaga lebih menurut saya skip saja jangan camp disini. Tapi berusaha lebih naik minimal Sabana 1 lah. Tempat camp terbaik ya di Sabana 2 target kami malam ini.
IMG_5795.JPGjalan keatas itu arahnya ke Sabana 1 (foto diambil hari ke 2)
tanjakan ke sabana 1.2.JPGstep 1, tanjakan webbing😀 (foto diambil hari hari ke 2)
tanjakan ke sabana 1.JPGstep 2, tanjakan unyu😀 (foto diambil hari ke 2)
Kami pun melanjutkan berjalan dan edian ini treknya. Menurut saya trek terberat di jalur Selo ini. Sangat licin dan terjal. Di satu tempat dipasang webbing oleh komunitas/rental alat outdoor dari Jogja. Ada namanya di webbingnya tapi saya lupa tidak memfoto. Terima kasih sekali atas sumbangannya. Sangat membantu dalam menanjak maupun turun. Bener-bener ngesot saya disini. Setiap 10 langkah istirahat. Ampun kakak chapeque dik😀. Nafas ngos-ngosan degub jantung mencepat. Ketika beristirahat juga harus hati-hati karena licin dan rawan kejelungup kebelakang karena beban kerir😀. Saya  ngeri sendiri beberapa kali hampir kejelungup kebelakang. Bakalan babak belur kalau jatuh😀. Ditambah lagi malam hari pandangan terbatas. Harus benar-benar berhati-hati di jalur ini. Sempat melihat memoriam pendaki yang meninggal di jalur ini. Setelah perjuangan akhirnya sampai juga di Sabana 1 jam 21.11.
IMG_5784.JPGpos 3 Watu tulis dilihat dari atas tanjakan unyu😀 (foto diambil hari ke 2)
Sabana 1.JPGsabana 1 (foto diambil hari ke 2)
Sabana 1 (2770 mdpl) – Sabana 2 (2858 mdpl) naik 88m jarak 232m
Istirahat sejenak di Sabana 1. Kekuatan saya mendekati akhir😀. Ngantuk banget dari tadi udah menguap terus. Otot perut yang ketarik juga bikin gak nyaman. Keburu pingin geletakan tidur😀. Sementara Radit masih strong-strong aja😀. Lanjut lagi nanjak di tajakan yang tidak securam tanjakan sebelumnya. Tapi karena fisik sudah kelelahan tetep aja capek dan ngos-ngosan. Beberapa kali juga melewati pendaki yang tepar jelepok duduk di tanah😀. Setelah ngesot dan berjuang akhirnya sampai di Sabana 2 jam 21.44. Alhamdulillah. Sabana 2 cukup ramai dengan tenda-tenda pendaki. Meski begitu masih sangat-sangat luas buat mendirikan tenda. Namanya juga sabana😀. Tetapi bagian strategisnya yang dekat dengan pohon sudah diambil orang.
tanjakan ke sabana 2.JPGsabana 2 nya ada diatas sana lho😀 (foto diambil pada hari ke 2)
Kami kemudian berdiskusi dimana sebaiknya mendirikan tenda. Karena Radit melihat disebelah timur Sabana terdapat bukit yang menutupi untuk melihat sunrise. Kamipun memutuskan untuk menaiki bukit dan mendirikan tenda di sebelah pohon satu-satunya😀. Lokasi ini terbuka sih kurang cocok jika kondisi berangin. Cuaca Alhamdulillah cukup cerah angin tenang dan suhu masih kisaran 13-15 derajat celcius. Membongkar kerir, mengeluarkan tenda dan segera mendirikannya. Saya merasa sangat kelaparan dan memutuskan membuat mie instant setelah tenda berdiri. Asli lapar banget😀. Saya juga membuat kopi hangat. Sementara Radit tidak makan hanya mengemil gula jawa yang sejak tadi menjadi senjata saya melibas tanjakan😀. setelah cukup ngobrol2 akhirnya kami tidur.
*Hari ke 2, 5 Juni 2016
Sabana 2, Kemping Ceria😀
Sekitar jam 3-4 pagi saya terbangun karena kegaduhan di luar. Ternyata ada juga yang mendirikan tenda di spot kami. Radit mungkin juga terbangun. Saya berusaha tidak memperdulikannya dan mencoba terus tidur. Tapi rombongan itu ternyata cukup ribut, asem sekali😀. Salah satu etika ketika sampai ditempat camp dan sudah lebih dari jam 10 malam adalah dengan tidak terlalu ribut dan berisik. Karena tetangga kita yang menenda lebih dahulu dimungkinkan sedang beristirahat. Waktu beristirahat sangat penting ketika melakukan pendakian seperti ini untuk memulihkan tenaga. Beberapa kali juga terbangun karena cuaca cukup dingin di dalam tenda 11-13 derajat celcius😀.
IMG_5656.JPGsunrise, tampak di kanan gunung Lawu
IMG_5671.JPGterpekur dah terharu, halah😀
Akhirnya pagi pun tiba. Saya terbangun oleh alarm di hp yang saya set jam 05.00. Radit mungkin juga sudah bangun dan hanya tidur-tidur ayam. Saya keluar dari tenda dan bersiap melihat matahari terbit di ufuk timur. Memang spot kami menenda ini memang sangat cocok. Bahkan sebenarnya tidak perlu keluar dari tenda untuk melihat matahari terbit. Pemilihan tempat spot ini oleh Radit memang brilian😀. Radit pun akhirnya bangun dan menyiapkan kamera nya untuk mengambil foto. Dia memilih memfoto dan melihat sunset dari dalam tenda😀. Matahari terbit dilihat dari ketinggian selalu menimbulkan sensasi yang lain. Nuansa yang ditimbulkan susah diungkapkan dengan kata-kata. Tak henti hati mengucap kata syukur masih diberi kekuatan, kesempatan untuk melihat semua ini. Subahanallah. Seperti biasa saya menjadi mendadak galau kalau sedang terharu seperti ini😀. Melihat betapa kecilnya saya dibanding semua ini, semesta yang hanya baru secuil.
IMG_5745.JPGtempat kemping ceria kami😀
IMG_5746.JPGi feel free, halah😀
Galaunya udahan karena spot menjadi ramai orang-orang yang juga melihat matahari terbit😀. masing-masing sibuk dengan kegiatannya. Ada yang foto-foto, foto-foto sambil nulis pesan di kertas dan macem-macem lainnya. Oya kami tidak terlalu mengejar untuk melihat matahari terbit dari puncak. Bukan karena apa-apa sih. Mungkin karena kami berdua sudah pernah muncak. Jadi melihat matahari terbit dari Sabana 2 sudah cukup. Dan bahkan tidak usah ke puncak juga sudah cukup😀. Pada awalanya memang begitu kesepakatan kami. Tidak sampai ke puncak tidak apa-apa. Yang menjadi target kami adalah sampai di Sabana 2 saja sudah cukup. Saya berjalan-jalan di sekitar tenda. Melihat arah puncak yang masih menanjak terjal😀. Radit ternyata kebelet pup dan harus mencari semak-semak. Pada akhirnya saya juga menyusul kebelet dan mencari spot juga😀. hahahahaha. Untuk hal satu itu juga ada SOP/etika nya lho. Antara lain: 1. Jangan pup di dekat jalur. 2. Gali tanah dengan kedalaman secukupnya. 3. Tisu basah juga ikut dikubur sekalian. 4. Tandai tempat dengan ranting agar tidak terinjak oleh orang lain. 5. JANGAN PUP DI SUNGAI ATAU MATA AIR. Itu saja sih yang penting. Pernah baca di blog orang di gunung di Jawa Barat yg ngehits itu banyak tisu sisa bekas lap yang berceceran. Nggilani tenan jijik huek.
IMG_5697.JPGtenda kami dilihat dari bukit atas tempat kemping di sebalah kiri, Merapi di latar belakang, tempat kemah utama di sabana 2 di sebelah kanan.
cccc.JPGpegangan Edelweiss biar tetap strong setelah kamu tinggalkan, ~duh😀, jalur tanjakan terakhir menuju puncak yang terlihat terjal dan bikin chapeque pastinya😀
Kamipun menikmati suasana Sabana 2 dengan khidmat. Saya memutuskan untuk menjelajah berjalan-jalan naik ke bukit di utara spot kemah kami untuk memuaskan hasrat menjelajah saya😀. Radit memilih untuk tetap di area tenda saja. Cukup nanjak juga. Jalur ini akan bertemu dengan jalur utama di pos Watu Lumpang. Pos terakhir sebelum puncak. Jadi setelah Sabana 2 masih harus menanjak 2x bukit sebelum puncak. Yang pertama bukit hutan padang edelweiss kemudian sampai di pos Watu Lumpang. Yang kedua tanjakan terakhir setelah Watu Lumpang akhirnya area puncak. Di Watu Lumpang sempat mengobrol dengan para pendaki lain. ada 3 tenda di area Watu Lumpang. Di area ini cukup untuk mendirikan beberapa tenda. Ramai pendaki yang naik nanjak ke puncak atau yang baru turun. Saya duduk-duduk di area Watu Lumpang dan menikmati melihat-lihat para pendaki lain. Beberapa pendaki yang hot bersliweran, hahahahaha😀. Setelah cukup saya turun ke Sabana 2 melewati jalur utama.
IMG_5741.JPGjalur tanjakan terakhir menuju puncak dilihat dari Watu Lumpang
IMG_5750.JPGtempat kemah utama sabana 2 dilihat dari tempat kemah kami
_MG_7873.JPGdi kota kita tampan di gunung kita menawan😀. foto oleh Raditya AN Jati
Sampai di spot tenda Radit tampak sedang memfoto-foto. Setelah itu dia memasak mie instant + telor. Wah enak sekali sepertinya😀. Saya tergiur juga untuk membuatnya. Radit memasukkan telor di kotak sehingga tidak pecah. Penting juga itu telor. Untuk tambahan nutrisi tidak hanya mie instant saja. Sepertinya besok harus membeli egg holder😀. sempat ngobrol juga dengan pendaki asal Kediri yang merasa “ditipu” dengan gossip yang beredar bahwa Merbabu via Selo adalah rute pemula😀, huahahaha emang sesat itu gosip. Setelah dirasa cukup kami bersiap-siap berberes tenda dan packing pulang. Kali ini tenda yang membawa Radit karena akan sekalian dikembalikan ke mas Arie oleh dia. Jalur Merbabu via Selo disamping cukup berat dan terjal merupakan salah satu jalur pendakian dengan pemandangan terindah. Asli banyak spot bagus.
IMG_5751.JPGsekali lagi bendera MTB Federal Indonesia Yogyakarta berkibar di ketinggian🙂
Perjalanan Turun.
Kami mulai berjalan turun sekitar jam 10.29. Berjalan santai sambil melihat-lihat pemandangan. Tak disangka dan dinyana ketemu Yudi teman pendaki yang katanya ndak jadi nanjak ke Merbabu. Ternyata dia berangkat nanjak jam 03.00 pagi. Edan tenan kan. Padahal katanya males jalan malem-malem. Eh malah jalan pagi dini hari dia, huahahahah😀. Saya ketawain dan buli-buli😀. Ternyata temannya baru ada malam harinya, dan dia galau karena hari itu adalah minggu terakhir sebelum Ramadhan. Akhirnya mereka menanjak tanpa membawa kerir dan hanya membawa daypack berisi air dan makanan saja untuk tektok (naik langsung turun). Ampun deh tektok Merbabu via Selo jalannya yang gitu😀. Kemarin saja saya ke Merapi tektok merasa sangat kelelahan. Itu aja ndak pake muncak cuma sampai pasar bubrah saja. Ampun kalau tektok. Harus persiapan fisik lebih karena bakalan terforsir.
IMG_5771.JPGSabana 1 dilihat dari ketinggian
IMG_5774.JPGRadit menerobos gerumbul Edelweiss di Sabana 1
Itupun yang terjadi dengan Yudi dan temannya. Dia menjelepok kelelahan di Sabana 1. Yakin pasti capek sekali😀. sampai di Sabana 1 jam 10.52. Kami pamit untuk melanjutkan jalan lagi. Dan akhirnya melihat jalur dari pos 3 Watu Tulis ke Sabana 1, memang bener-bener ini jalur😀. Sempet kepeleset jatuh dan membuat bulu kaki tercabut gara-gara tergesek tanah lempung keres. Asem sakit😀. Mana banyak orang juga jadi malu dan saya ngakak-ngakak sendiri😀. Bertemu juga dengan beberapa pendaki yang berbalik tidak jadi kepuncak karena mungkin tidak keburu waktu atau kelelahan. Memang masih jauh ke puncak dari sini. Juga masih nanjak-nanjak terjal😀. sampai di Pos 3 Watu Tulis jam 11.21. Kami beristirahat cukup lama disini. Masih banyak juga yang menenda disini. Saya menaruh kerir dan geletakan. Sudah mulai pegel-pegel lagi kaki  karena menahan beban di jalur yang berat. Itupun sudah dibantu trekking pole andalan. Nek gak mbok wis tepar dengkule😀.
Lanjut berjalan lagi jalannya masih cukup curam dan sepertinya koq jauh banget ya dari pos 3 Watu Tulis ke pos 2. Mungkin gara-gara sudah capek😀. Seperti biasa jempol kaki sudah nyut-nyutan😀. Kondisi fisik masih cukup baik dalam mengimbangi Radit yang masih tetep strong, sakti tenan itu manusia😀. Akhirnya sampai juga di pos 2 jam 11.58. Masih ramai dengan pendaki lain yang menenda. Tidak istirahat disini kami langsung lanjut jalan. Beberapa saat mulai masuk ke hutan lagi. Pohon-pohon sudah mulai melebat. Kami bahkan sempat lari-larian ketika turun. Katanya Radit biar keringetan. Idene aneh-aneh aja itu memang😀. Dan akhirnya sempet juga terpeleset jatuh lagi hahahaha asem sekali😀. Melewati pos bayangan Pos Kota Simpang Macan jam 12.08. Sampai di pos 1 Dok Malang jam 12.22. Ramai pendaki yang sedang beristirahat disini. Tadi juga sempet crowded dan antri di jalur. Kami lanjut mendahului dan mulai mempercepat langkah. Saya merasa masih cukup kuat untuk kadang lari-larian waktu turun sama Radit. Walaupun jempol kaki tetep aja sakit. Kalau turun pakai sandal gunung sepertinya tidak akan sakit. Lain kali harus mencoba turun pakai sandal saja.
IMG_5807.JPGpos Kota Simpang Macan 
Kembali lagi melewati dan nerobos pohon yang melintang lewat bawah. Benar-benar berbahaya karena otot sudah lelah dan harus menekuk gitu kakinya. Rawan kram. Padahal udah tau caranya tapi tetep aja kerasa hampir kram😀. Sampai di gerbang pendakian lagi jam 12.54. Berjalan sedikit lagi sampai di tempat memarkir motor. Kami langsung bablas tidak beristirahat dulu karena dari tadi sudah niat untuk beristirahat di Warung Barokah. Alhamdulillah.
Terimakasih kepada Allah SWT yang sekali lagi memberi saya kekuatan dan kesempatan untuk melakukan perjalanan ini. Terima kasih kepada Ibu saya atas restu dan doanya.Terimakasih untuk Radit teman seperjalanan yang solid dan dapat diandalkan. Merasa aman dan nyaman berpetualang bersama dia😀. Semoga masih diberi kesempatan untuk berpetualang lagi. Aamiin. Next time kita hiking couple double date ya Dit, hahahahahaha.

Tips:
*Gossip yang beredar bahwa pendakian Merbabu via Selo adalah level pemula itu HOAX dan SESAT😀
*Jangan pernah jalan kaki membawa beban kerir menuju basecamp pendakian dari jalan raya Selo
*Lebih baik mendaki di akhir musim penghujan karena sabana nya masih hijau dan epic kalau buat foto, apalagi kalau pas cuaca cerah
*Jangan lupa membawa air yang cukup karena sepanjang jalur tidak terdapat mata air
*Hati-hati jika melewati jalur diatas pos 3 karena terjal, licin, apalagi jika mendaki malam hari

Posting Komentar

0 Komentar